Sabtu, 11 Februari 2012

Ibu yang Penyayang

Sejak kecil Yusuf menganggap bundanya adalah bidadari yang suci dan mulia. Dekapan dan pelukan ibunya selalu menemani. Pandangan matanya yang mesra dan penuh cinta, tak pernah lepas dari wajah anak semata wayangnya itu. Yusuf hanya satu-satunya yang menjadi pusat kasih sayang sang bunda.
Ketika masih kecil, bunda memasak apa saja yang diinginkan Yusuf. Kue-kue yang lezat dan dibuat dengan proses yang lama dan penuh ketekunan untuk terhidang di atas meja dengan warna warni yang lucu dan bentuk menawan, semua hanya untuk Yusuf. Buku-buku resep masakan koleksi ibunya, semuanya untuk memasak makanan-makanan yang leza,t hanya untuk Yusuf.
Dalam ingatan Yusuf, ayahnya jarang makan di rumah. Ayah tidak sempat makan pagi dan pergi tergesa-gesa. Ayah makan siang di kantor. Ayah pulang terlalu malam dan tidak makan malam di rumah. Ayah tugas luar beberapa hari, bahkan beberapa minggu.
Sedang bunda memasak seharian untuk Yusuf. Bunda membuat kue seloyang kecil saja dan tekun menghiasinya dengan mentega-gula kocok berwarna-warni, hanya untuk Yusuf. Bunda senang berbelanja ke supermarket dan semua daftar belanjaannya hanya untuk keperluan Yusuf.
Bunda selalu berkata, “Lihat ini keju leleh untuk membuat kue kesukaanmu....”. “Pilihlah buah-buahan yang kamu mau....”  “Ayo kita cari udang dan ikan laut supaya kamu jadi anak pandai dan sehat....”
Yusuf menemani ibu belanja. Yusuf les renang dan ibu menunggui sambil membaca resep-resep makanan anak di tabloid wanita. Yusuf bermain bersama anak-anak tetangga di dalam rumahnya, tapi anak-anak itu cepat bosan dan pergi bermain ke lapangan, sedangkan Yusuf tidak diperbolehkan oleh ibunya.
Yusuf duduk di meja makan dengan hidangan serba istimewa yang dimasak ibunya. Ibunya memandangi wajah anaknya untuk melihat reaksi anaknya terhadap kelezatan makanan buatannya. Mereka sering berdua saja.
***
Ketika remaja, Yusuf anak yang pandai di sekolah. Sibuk dengan les ini dan itu. Aktif di organisasi sekolah. Punya banyak teman yang senang dengan kesibukan belajar dan berlatih berorganisasi. Anak-anak baik yang disukai ibu Yusuf.
Terkadang Yusuf pulang kemalaman karena kegiatan organisasi. Bunda selalu menangis bila Yusuf pulang kemalaman, apalagi bila tidak pulang semalam. Kalau begitu, Yusuf berjanji tidak akan melakukan itu lagi karena akan mencemaskan ibunya.
Yusuf selalu mengatakan kepada teman-temannya yang sedang sibuk menyiapkan sesuatu bersama,  “Maaf, saya harus pulang sekarang. Ibu saya hanya mengijinkan saya pulang terlambat sampai jam 07.00. malam....” Tak perduli wajah teman-temannya memprotes karena masih banyak persiapan yang harus dilakukan untuk kegiatan besok, Yusuf akan tetap pulang.
Siapa pun yang mengenal Yusuf akan menyukai sifatnya yang baik, tekun, ramah, dan penyayang. Suatu ajaran yang sempurna dari ibunya yang tak pernah absen membacakan dongeng pengantar tidur sejak Yusuf bayi sampai masa anak-anaknya berlalu. Ketika Yusuf tidak lagi perlu dibacakan dongeng pengantar tidur, bunda selalu duduk di samping tempat tidurnya sebelum memadamkan lampu.
“Yusuf, jangan lupa berdoa sebelum tidur....” Begitu kata bunda selalu.
***
Setelah selesai kuliah, Yusuf sama sekali tidak ingin beranjak kemana pun selain di dekat bundanya. Tidak terfikir olehnya untuk kuliah di kota lain. Tidak mungkin ibunya mengijinkan. Tidak mungkin pula Yusuf meninggalkan ibunya.
Teman-teman kuliah Yusuf senang berkumpul di rumahnya. Tentu saja karena ibunya akan menyediakan makan siang, kue-kue buatannya yang enak, dan minuman-minuman dengan buah-buahan. Masalahnya, mereka tidak boleh merokok. Yusuf mengatakan kepada teman-temannya bahwa ibunya akan sangat kecewa melihat anak muda yang merokok.Tentu saja hal ini mengurangi kenyamanan mahasiswa-mahasiswa yang suka minum kopi sambil merokok ketika mengerjakan tugas-tugas kuliah.
Yusuf disukai para wanita karena sifatnya yang lembut kepada ibunya. Pelukan dan ciumannya ketika pamit kepada ibunya mengesankan teman-temannya. Sembahyangnya rajin. Tidak merokok dan jajan sembarangan. Tidak sulit bagi Yusuf untuk mendapatkan pacar. Yusuf memilih Shanti yang cantik, lembut, suka pekerjaan dapur, tidak banyak bicara dan cocok dengan ibunya.
Sesungguhnya Yusuf menyukai Mita yang periang, sedikit ceriwis, lucu, dan banyak sekali gagasannya. Tapi ibunya kurang cocok pada sosok semacam itu.
Yusuf menikah dengan Shanti yang telah menjadi teman baik ibunya selama hampir sepuluh tahun. Sepertinya, dia tidak perlu mempertimbangkan pilihan lain.
***
Bunda sudah sangat tua sekarang. Yusuf merawatnya dan tidak pernah berpisah dengannya. Apalagi setelah ayahnya meninggal karena sakit, ibunya tak bisa lepas dari perhatian Yusuf. Entah itu kepalanya sakit. Dadanya berdebar. Kakinya terkilir. Ibunya hanya menyebutkan nama Yusuf untuk merawatnya. Bahkan ketika masalahnya tak harus membuat Yusuf pulang tergopoh-gopoh dari kantornya, bundanya ingin Yusuf hadir.
Yusuf mengabaikan promosi dalam pekerjaannya ketika harus pindah ke Jakarta atau kota lain. Gajinya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan tidak cukup untuk membiayai sekolah anak-anaknya sehingga Yusuf selalu mempunyai cicilan hutang biaya sekolah ke kantor.  Itu membuatnya selalu menerika keadaannya di kantor.Yusuf  tidak dapat melanjutkan jenjang pendidikan sehingga pegawai-pegawai muda yang bergelar lebih tinggi segera melampauinya.
Istrinya, Shanti, berhenti kerja ketika mereka punya dua anak. Menurut ibunya Yusuf , tugas seorang istri adalah merawat anak-anaknya sehingga mau tak mau Shanti mengikuti keadaan itu. Apalagi mereka tinggal di rumah ibu mertuanya itu. Shanti mencoba menambah pendapatan suaminya dengan membuat usaha kue di rumah. Penghasilan suaminya saja tidak cukup sedangkan biaya sekolah semakin mahal. Apalagi anak ketiga juga lahir.
***
Yusuf meninggal pada usia belum lagi 60 tahun karena sakit ginjal dan diabetes, pada saat anak-anak sudah dewasa. Si sulung dan si tengah sudah bekerja di Jakarta dan Bali. Sedangkan si bungsu kuliah di Yogya. Anak-anak selalu ingin segera pergi dari rumah karena tidak tahan dengan dominasi nenek mereka.
Shanti pernah mencintai Yusuf dan sepertinya anak-anaknya menyesali pilihannya karena harus melihat kesedihan ibu mereka meskipun dalam diamnya. Shanti terkadang tak sanggup lagi menghadapi seorang suami yang semua keputusan dan keinginannya ditentukan seorang ibu yang begitu mengendalikan. Terkadang Shanti ingin pergi, tapi dia pun telah terperangkap di rumah yang menjadi tempat Yusuf dilahirkan, dibesarkan, menikah, dan bahkan disemayamkan saat kematiannya.
 Sang bunda menangisi anak kesayangannya siang dan malam. Setiap orang yang datang menjenguk selalu mendapat cerita yang sama dan sama lagi. Tentang sang kekasih, anak kesayangan, Yusuf.
***
Shanti pernah bertemu Maya, perempuan cantik dengan kulit seperti pualam yang begitu lembut, perhatian, dan menyukai hal-hal kewanitaan. Tetapi si sulung Rahmat memberitahu ibunya bahwa dia akan menikah dengan Dina, perempuan yang karakternya sangat berseberangan dengann Maya, suka berbicara, tak sungkan menyatakan pikiran yang berbeda dengan Rahmat, dan banyak bepergian ke banyak tempat. Sang nenek memperlihatkan keberpihakan yang jelas, dan juga menganggap bahwa otoritasnya sangat tinggi dan harus dihormati cucu sulungnya itu.
Suatu hari Shanti mendengar sang nenek menyatakan pujian-pujiannya kepada Maya, dan sedikit menyatakan hal yang tidak berkenan di hatinya terhadap sikap seorang wanita atau istri yang nampaknya dimaksudkan untuk Dina meski tak disebutnya. Rahmat memeluk neneknya dan menyatakan bahwa dia akan menikah dengan Dina karena mereka cocok dalam banyak hal, pekerjaan maupun pemikiran.
“Saya tidak akan pernah menikah dengan perempuan yang hidup hanya untuk suami dan anak-anaknya...” kata Rahmat kepada neneknya. “Saya tidak mau anak saya dipenjarakan seumur hidupnya oleh ibunya sendiri....”
Shanti terkejut mendengar ucapan pedas anaknya. Namun dia menyadari bahwa sang mertua sudah sangat tua. Ucapan anaknya itu mungkin sama sekali tak berarti dalam pendengaran maupun pikiran wanita tua yang sudah pikun dan kurang mendengar itu. Bahkan ketika dia merasa sakit, masih suka memanggil-manggil Yusuf seolah anaknya masih hidup.
***

Tidak ada komentar: