Senin, 19 September 2011

Terlambat

Dina ingin melupakannya. Tapi Indra terus-menerus datang melalui mimpi-mimpinya. Sepertinya tak ingin dilupakan. Seperti roh penasaran yang bergentayangan. Mencoba mencari jawaban atas sejumlah pertanyaan. Dan menyelesaikan pekerjaan yang belum terselesaikan.

“Pergilah dan lupakan semua yang terjadi antara kita....” Kata Dina kepada Indra. Cukup sudah, aku tak sanggup lagi kamu sakiti.

“Mengapa kamu menyerah padaku?” Tanya Indra kepada Dina. Kamu meninggalkan aku. Menikah dengan pria lain.

“Apakah kamu mencintaiku?” Tanya Dina kepada Indra. Kalau cinta, mengapa kita berpisah. Kalau tak cinta, mengapa kita bersama sekian lama. Aku tak sanggup melihatmu tak mencintai aku. Itu sebabnya aku pergi.

“Kita telah bersama selama 5 tahun...” Kata Indra. Aku tak biasa tanpamu sesudah itu. Cinta karena rupa, bisa pudar. Cinta karena pandangan, bisa indah sesaat. Tapi kita telah bersama sekian tahun. Aku tak bisa melepaskan kenangannya begitu saja.
***

Dua puluh lima tahun telah berlalu. Dina terbangun di subuh hari dengan air mata membasahi wajahnya. Bukankah 25 tahun itu lama. Kenapa belum berakhir juga? Tanya Dina pada dirinya sendiri. Selama dua puluh lima tahun, Indra tak pernah absen menjenguk Dina melalui mimpi.

Apakah kamu sesedih aku? Lima tahun bersama itu begitu dalam menyakiti hatiku. Membuat aku sangat terluka. Karena kamu tidak mencintai aku. Tapi 25 tahun perpisahan membuat Dina mengerti, cintanya pada Indra tak bisa hilang. Sakit terasa.

Bukan aku yang pergi. Kamulah yang pergi meninggalkan aku. Kata Indra dalam sebuah mimpi. Seharusnya kamu tak menyerah. Kamu seharusnya menyanderaku. Kamu seharusnya mengurangi rasa harga dirimu karena harus merebut cintaku dari perempuan lain. Kamu seharusnya mempertahankanku.

Indra memutuskan kekasihnya. Perasaan sayangnya pada Dina –sahabatnya- telah membuatnya melakukan itu. Indra menyadari kecemburuan dan luka di hati Dina yang timbul bila seorang perempuan dekat dengannya.
***

Dina meninggalkan Indra. Kebersamaan selama 5 tahun, terasa menyakitkan bagi Dina. Karena dia jatuh cinta pada Indra, sebaliknya Indra hanya menganggapnya sebagai sahabat. Indra tidak memiliki cinta seperti yang dialami Dina kepadanya.

Cinta itu tumbuh. Cinta Indra kepada Dina. Ketika mereka telah terpisah. Indra jatuh cinta kepada Dina ketika dia ditinggalkan. Berharap Dina akan kembali. Namun akhirnya menyadari bahwa takdir hanya akan menjadikan cintanya dan Dina tak akan pernah dipertemukan. Hanya dapat mencintai dari kejauhan.

“Aku cinta padamu...” Indra berkata kepada Dina. Sementara Dina tidak mengetahuinya karena ucapan itu hanya tercetus di dalam sanubari Indra. Sedang Dina berada di suatu tempat. Menjadi istri dari seorang suami. Menjadi ibu dari anak-anaknya. Menjadi kekasih Indra dalam fatamorgana.

“Aku masih cinta padamu...” Dina berkata kepada Indra. Sementara Indra tak mendengar karena memang ia tak ada. Indra ada di suatu tempat. Menjadi suami dari istrinya. Menjadi bapak dari anaknya. Menjadi kekasih Dina, walau hanya bayangan. Dina menyadari bahwa cinta Indra hanya dapat dimilikinya dari kejauhan. Indra menyadari cintanya pada Dina tak bisa kesampaian.

Indra dan Dina selalu saling berkunjung dalam kerinduannya. Jiwa mereka tetap terhubung. Dua puluh lima tahun berlalu, dan mereka tak saling melupakan.
***

Rambut Indra sudah separuhnya memutih. Tubuhnya menjadi lebih gemuk dan perutnya membuncit. Wajah Dina telah banyak memiliki kerut. Tubuhnya pun menjadi lebih gemuk dan rambutnya tidak lagi berkilau seperti dulu. Kemudaan itu telah berlalu.

Orang yang pernah mereka cintai telah tak ada. Telah menjadi orang yang berbeda. Bayangan wajah orang yang dicintainya adalah wajah-wajah masa lalu.
***

Tidak ada komentar: